Anemia pada Anak: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Mengatasinya

Anemia pada Anak: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Mengatasinya

6 bulan yang lalu
Dibaca 3,79 ribu
5 Menit membaca

Anemia adalah kasus gangguan pada darah yang umum terjadi akibat kekurangan sel darah merah. Pada anak, anemia dapat menyebabkan mereka lesu dan tidak bersemangat dalam beraktivitas. Kasus anemia pada anak pun cukup jamak terjadi. Menurut Kemenkes, 1 dari 3 anak di bawah lima tahun di Indonesia mengalami anemia.

Anak-anak memang menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap kondisi anemia, khususnya karena defisiensi besi. Anemia bisa menyebabkan masalah pada tumbuh kembang anak jika tidak segera diobati.

Untuk memahami lebih lanjut tentang anemia yang terjadi pada anak, simak penjelasan berikut.

Apa Itu Anemia?

Anemia adalah kondisi ketika sel darah merah di dalam tubuh berkurang di bawah normal. Dalam konteks anemia pada anak, jumlah sel darah merah tidak sesuai dengan rata-rata usia anak.

Sel darah merah atau eritrosit merupakan jenis darah yang diisi dengan hemoglobin atau protein berpigmen khusus. Protein ini bertugas membawa oksigen ke sel lain di dalam tubuh.Mengingat sel-sel pada otot dan organ membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup, penurunan jumlah sel darah merah pun bisa memberi tekanan pada tubuh.

Anemia bisa dibagi ke dalam beberapa jenis, antara lain anemia mikrositik, anemia makrositik, hingga anemia defisiensi besi. Pada anak, yang paling umum terjadi adalah anemia defisiensi besi karena tubuh kekurangan zat besi.

Zat besi merupakan mineral penting yang bertugas memproduksi hemoglobin dan berperan dalam metabolisme tubuh, sistem oksidasi, perkembangan dan fungsi saraf, koneksi sistem jaringan, hingga sintesis hormon.

Ciri-ciri Anemia pada Anak

Gejala anemia yang terjadi pada anak bervariasi. Anemia bisa memiliki gejala spesifik dengan sebab tertentu, tetapi sebagian besar lainnya tidak spesifik. Gejala anemia juga bisa terjadi karena berhubungan dengan penyakit lain. Ciri-ciri anemia yang paling sering ditemui, yakni antara lain:

  • Kulit, bibir, tangan, atau kelopak mata bawah tampak pucat
  • Detak jantung meningkat (takikardia)
  • Sesak napas atau kesulitan menarik napas (dyspnea)
  • Kekurangan energi atau mudah lelah (kelelahan)
  • Pusing atau vertigo, terutama saat berdiri
  • Sakit kepala
  • Mudah marah
  • Siklus haid tidak teratur
  • Menstruasi tidak ada atau tertunda (amenore)
  • Lidah sakit atau bengkak (glositis)
  • Penyakit kuning atau kulit, mata, dan mulut terlihat menguning
  • Pembesaran limpa atau hati (splenomegali, hepatomegali)
  • Pertumbuhan dan perkembangan yang lambat atau tertunda
  • Gangguan penyembuhan luka dan jaringan

Selain mengetahui ciri-ciri anemia pada anak, orangtua juga perlu mengetahui faktor-faktor yang membuat anak rentan terkena anemia. Berikut beberapa faktor risiko anak mengalami anemia:

  • Kelahiran prematur atau berat lahir rendah
  • Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang kaya zat besi
  • Mengonsumsi susu sapi pada usia dini (balita dapat mengalami anemia defisiensi besi jika terlalu banyak minum susu sapi)
  • Pola makan rendah zat besi, vitamin, atau mineral
  • Pembedahan atau kecelakaan dengan kehilangan darah
  • Terkena infeksi
  • Penyakit ginjal atau hati
  • Riwayat keluarga anemia yang diturunkan, paling sering anemia sel sabit

Penyebab Anemia pada Anak

Seperti disebutkan di atas, anemia disebabkan oleh sel darah merah di dalam tubuh yang berkurang di bawah batas normal.

Sel darah merah diproduksi di sumsum tulang. Umur sel darah merah rata-rata 100 hingga 120 hari. Sumsum tulang rata-rata dapat menghasilkan 2 juta sel darah merah setiap detik. Di sisi lain, jumlah yang kira-kira sama juga dikeluarkan dari peredaran. Terdapat sekitar 1 persen sel darah merah yang dikeluarkan dari peredaran tubuh dan diganti setiap hari.

Ketika terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan penghancuran sel darah merah, seseorang dapat terkena anemia. Meski begitu, mencari penyebab anemia bisa tergantung pada jenisnya, seperti kondisi bawaan atau genetik yang memengaruhi pembentukan atau fungsi sel darah merah.

Sebagai contoh, anemia defisiensi besi pada anak yang biasanya terkait dengan keterlambatan orangtua dalam memperkenalkan pola makan yang kaya akan zat besi atau suplemen zat besi. Selain itu, alergi makanan dan kesulitan lainnya juga dapat menyebabkan anemia. Kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan anemia, meliputi zat besi, asam folat, atau vitamin B12.

Adapun berkurangnya sel darah merah atau hemoglobin bisa disebabkan oleh sel darah merah cacat yang diturunkan, infeksi, obat-obatan tertentu, hingga penyakit tertentu.

Kemudian, ada juga faktor penyakit bawaan yang bisa menyebabkan beberapa jenis anemia, seperti anemia Fanconi, talasemia, dan anemia sel sabit. Penyakit autoimun, kanker tertentu, dan kondisi tubuh setelah berdarah bisa pula menyebabkan anak mengalami anemia.