Ibu, Cek 10 Cara Menyapih Anak Agar Tidak Rewel Berikut!

Ibu, Cek 10 Cara Menyapih Anak Agar Tidak Rewel Berikut!

1 tahun yang lalu
Dibaca 52,28 ribu
5 Menit membaca

ASI atau Air Susu Ibu merupakan asupan terbaik bagi anak pada masa awal kehidupannya. Karenanya, hingga usia 6 bulan, bayi dianjurkan mendapat ASI secara eksklusif.

Seiring bertambahnya usia anak, kebutuhan nutrisinya juga semakin bertambah hingga akhirnya tak lagi bisa terpenuhi oleh ASI. Saat itulah, anak secara bertahap harus mulai mendapat asupan makanan selain ASI dan perlahan berhenti diberi ASI. Sayangnya, pada masa peralihan dari ASI ke makanan padat, anak cenderung menjadi rewel.

Maka dari itu, Ibu perlu paham cara menyapih anak yang tepat agar Si Kecil dapat lepas dari ASI. Seperti apa? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

Apa Arti Menyapih Anak?

Meski ASI baik untuk anak, tetap ada saat di mana anak harus mulai disapih. Pengertian anak yang disapih adalah ketika anak mulai belajar untuk makan makanan padat tanpa tambahan ASI.

Setiap anak harus disapih karena nutrisi ASI yang sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi Si Kecil yang terus bertumbuh. Selain itu, produksi ASI yang dihasilkan Ibu juga akan terus menurun seiring waktu. Karenanya, cepat atau lambat anak perlu disapih.

Kapan Mulai Menyapih Anak?

Tidak ada batasan usia yang pasti kapan anak harus mulai disapih. Namun, anjuran dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO dan juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan proses menyapih anak dimulai setelah anak genap berusia 24 bulan atau 2 tahun.

Meski proses penyapihan disarankan mulai anak usia 2 tahun, pada faktanya menyusui anak lebih dari 2 tahun tetap boleh dilakukan. Bahkan hal tersebut dapat memberi keuntungan tersendiri, di antaranya menambah kecukupan nutrisi Si Kecil, meningkatkan imunitas, serta memberi kenyamanan pada anak dan mempererat ikatannya dengan Ibu.

Ibu juga bisa memperhatikan kesiapan Si Kecil sebelum memulai proses penyapihan. Anak yang siap untuk disapih biasanya akan menunjukkan tanda-tanda seperti:

     Mulai tidak tertarik dan rewel saat menyusu

     Frekuensi menyusu semakin jarang dan lama waktu menyusu semakin pendek

     Perhatian anak mulai mudah terganggu saat menyusu

     Hanya memainkan payudara Ibu alih-alih menyusu ASI

     Hanya menyusu untuk kenyamanan dan tidak mengisap

Lantas, berapa lama proses menyapih anak sebaiknya dilakukan? Lama proses menyapih anak dapat berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Penyapihan ini bisa memakan waktu beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan.

Terkadang meski anak sudah tidak ingin menyusu, Ibu masih tetap ingin menyusui anaknya karena ingin menjaga ikatan. Itulah mengapa proses penyapihan dapat menjadi pengalaman yang membuat emosi bercampur aduk.

Namun dengan pendekatan bertahap dan memberi banyak kasih sayang, serta cara menyapih anak yang tepat, Ibu dapat membantu Si Kecil melalui proses penyapihan dengan lancar.

Tips Cara Menyapih Anak Tanpa Rewel

Menyapih anak kadang memberikan tantangan tersendiri, terutama apabila anak menjadi lebih rewel setelah proses penyapihan dimulai. Berikut ini 10 cara menyapih anak agar tidak rewel yang bisa Ibu terapkan:

  1. Mulai proses menyapih saat anak benar-benar siap dan bukan dengan paksaan. Dengan demikian, anak tidak akan rewel seandainya tidak mendapatkan ASI pada waktu ia biasanya menyusu.
  2. Beri pengertian kepada anak tentang penyapihan. Meski baru berusia 2 tahun, anak dapat memahami apa yang disampaikan Ibu. Komunikasikan ke anak bahwa ia tidak bisa selamanya menyusu. Beri pemahaman secara terus menerus sampai anak dapat menerima perubahan tersebut.
  3. Biasakan anak minum susu dari botol atau gelas. Tawarkan anak untuk minum ASI atau susu formula untuk anak yang baru disapih menggunakan botol atau gelas. Perlahan kurangi frekuensi menyusu dari payudara dan ganti dengan susu formula atau ASI di dalam botol.
  4. Persingkat waktu menyusui secara bertahap. Perlahan-lahan kurangi durasi menyusu Si Kecil, misalnya dari biasanya sekali menyusu bisa sampai 30 menit, kurangi menjadi 20 menit, kemudian 15 menit. Perlahan mengurangi waktu menyusui juga bermanfaat membantu mengurangi produksi ASI secara bertahap dan mencegah pembengkakan pada payudara Ibu.
  5. Kurangi frekuensi menyusu dengan melewatkan waktu menyusui. Misalnya, jika Ibu biasa menyusui Si Kecil tiga kali sehari di pagi, siang, dan malam, maka mulai lewatkan waktu menyusui di siang hari. Setelah anak terbiasa tidak menyusu di siang hari selanjutnya bisa melewatkan waktu menyusui di pagi atau malam hari.
  6. Alihkan perhatian anak di waktu menyusu. Ibu bisa mengalihkan dengan hal lain yang disukainya, seperti camilan favorit, atau mengajaknya bermain. Saat lupa waktu ia biasa mendapat ASI perlahan Si Kecil akan mulai berhenti menyusu.
  7. Hindari kebiasaan saat menyusui anak. Untuk mengurangi kemungkinan anak meminta ASI, hindari kebiasaan yang Ibu lakukan saat menyusui, seperti pakaian yang bisa dipakai atau tempat di mana Ibu biasa menyusui Si Kecil.
  8. Tunda waktu yang untuk menyapih. Disarankan untuk menunda penyapihan saat anak sedang beradaptasi dengan perubahan lain, seperti saat Si Kecil sakit atau berada di lingkungan baru.
  9. Ubah kebiasaan menyusu sebelum tidur. Cara menyapih selanjutnya adalah dengan mengubah kebiasaan anak untuk menyusu sebelum tidur. Jika biasanya Ibu menyusui Si Kecil sampai tertidur di pangkuan, ubah menjadi menidurkan Si Kecil di kasur sambil dinyanyikan atau bercerita.
  10. Minta bantuan anggota keluarga lain. Mintalah anggota keluarga lain, seperti suami atau orang tua, untuk membantu proses menyapih Si Kecil. Bisa dengan meminta suami menggantikan memberi susu dalam botol atau menidurkan anak.

Poin penting dalam proses menyapih adalah membuat anak lupa kebiasaannya menyusu. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah lakukan proses menyapih anak secara bertahap, tidak tiba-tiba dan tanpa paksaan.